Kamis, 11 Januari 2018

Ulasan Novel Dunia Tanpa Cahaya

Teman-teman,  dibawah ini saya tuliskan kembali ulasan Novel Dunia Tanpa Cahaya karya Mas Ramaditya Adikara,  seorang penulis tunanetra sekaligus juga dosen di LP3I Depok.  Ulasan ini pernah saya posting di sebuah group Facebook Komunitas Bisa Menulis.

*****



Ini adalah sebuah novel yang istimewa karena ditulis oleh seorang tunanetra.  Tentu bukan sembarang tunanetra,  tapi tunanetra yang multi talenta. Ia adalah mas Ramaditya Adikara atau yang biasa dipanggil mas Rama. 

*****
Ulasan Novel Dunia Tanpa Cahaya

Membaca buku ini membawa kita seperti berpetualang mengikuti sang tunanetra mencari cinta.  Walau tak sepenuhnya kisah nyata,  namun tentu saja terdapat cuilan-cuilan kehidupan pribadi penulis yang mewarnai novel ini. Tokoh utama dalam novel ini adalah Rama, seorang tunanetra yang multi talenta. Kisah cinta penyandang tunanetra diceritakan dengan gaya bahasa yang ceria tanpa meninggalkan sisi romantisnya. Lewat novel ini seolah penulis menunjukkan bahwa cinta tak datang lewat pandangan pertama,  karena seorang tunanetra tentu saja tidak memiliki kemampuan untuk melihat sesuatu.  Walau tak bisa melihat dengan mata, nyatanya seorang penyandang tunanetra pun punya cinta.  

Cerita di novel ini diwarnai dengan berbagai kejadian lucu, ngenes dan konyol yang menimpa Rama  saat berada di bangku kuliah di sebuah universitas. Bertabrakan dengan seseorang,  kecemplung got, kejedot pintu dan lain sebagainya adalah sebagian dari kejadian-kejadian yang biasa dialami Rama. Tokoh tunanetra ini memang berhasil masuk kuliah di Universitas yang tidak berbeda dengan orang kebanyakan. Hebatnya, Rama yang kuliah di jurusan Sastra Inggris ini selain kuliah juga aktif di BEM.  Selain itu ia juga memiliki ketertarikan yang tinggi dalam bidang komputer dan internet.  Ia juga seorang gamer. Kelebihan lainnya, ia bisa memainkan beberapa alat musik.  Karena keaktifannya di BEM,  ia memiliki teman-teman baik dari jurusan lain,  termasuk seorang gadis dari jurusan sastra Jepang yang bernama Tia.  Selain Tia,  ada temannya yang jenius bernama Kristo yang seringkali menciptakan alat-alat unik.  Ada juga Rinda,  Yosafat dan juga Farah yang nantinya masing-masing punya peran dalam kisah petualangan cinta Rama.  

Petualangan cintanya semasa kuliah (sekitar tahun 2003) dikupas tuntas dalam novel ini. Kisah dimulai saat Rama mendapat kesempatan sebagai bintang tamu di sebuah stasiun radio, yaitu Radio Spirit FM Jakarta. Ia diminta menceritakan pengalamannya sebagai seorang tunanetra yang berjuang untuk bisa mengenyam pendidikan di sekolah umum hingga berhasil juga masuk di universitas  yang sama dengan orang yang memiliki penglihatan sempurna.  Pada saat itulah ada seorang penyiar radio Spirit FM cabang Palembang yang mendengarkannya dan ingin mengenal Rama lebih jauh.  Sebenarnya Shinta ini bertugas untuk me-relay siaran Radio Spirit FM cabang Jakarta,  namun karena rasa kagum dan ingin tahu yang tinggi pada Rama, ia ikutan nelpon. Ia mengakhiri telponnya dengan sebuah kalimat manis yang membuat Rama kegirangan dan berbunga-bunga.  Mulai saat itulah terjalin komunikasi antara Rama dan Shinta.  Komunikasinya lebih banyak melalui media email karena saat itu Rama belum diperbolehkan orang tuanya untuk memiliki ponsel sendiri. Saat itu memang ponsel masih menjadi barang mewah, belum banyak orang yang memilikinya. Untuk membacakan email di kampus atau warnet,  Rama membutuhkan bantuan teman baiknya,  yaitu Tia.  

Semenjak berkenalan dengan Shinta inilah Rama merasa berbunga-bunga,  seakan merasakan kembali  apa yang dulu pernah dirasakannya saat SMA bersama Rara.  Rara adalah kisah cinta masa lalu Rama di SMA yang berakhir dengan duka. Rara meninggal dunia akibat penyakit tumor otak.  Sosok Rara begitu membekas di hati Rama hingga saat awal kuliah ia memburu mahasiswa yang memiliki nama Rara. Beberapa kali tak berhasil menemukan sosok yang mirip dengan cinta pertamanya,  membuat ia menciptakan sosok perempuan imajiner yang menemaninya kemana pun ia pergi,  Wahita namanya.  Kehadiran Wahita di novel ini punya daya tarik tersendiri.  Seakan Rama ini berbicara dengan dirinya sendiri, sehingga sosok Wahita pun menjadi seolah nyata. Kehadiran Wahita ini menjadikan kisah Rama menjadi lebih seru. 

Kembali ke soal petualangan cinta Rama.  Semakin lama mengenal Shinta via email,  ternyata Rama menemukan banyak persamaan dengan Shinta.  Rama suka main game online dan ternyata Shinta pun juga seorang gamer.  Semakin intens lah komunikasi mereka via email maupun via game online.  Namun hadirnya Shinta ini ternyata tidak mendapat tanggapan yang baik dari orang tua Rama.  Berkali-kali orang tua Rama mengingatkan untuk fokus pada studi dan mengutamakan kuliahnya.  Orang tua Rama berharap perjuangan Rama masuk ke Universitas membuahkan hasil yang baik,  sehingga tunanetra tak dipandang sebelah mata.  Sebenarnya hal ini juga diinginkan Rama,  namun jiwa muda Rama tentu ingin masalah cinta maupun jodoh juga harus dipikirkan.  Terjadilah pergolakan pemikiran dan pada bagian-bagian seperti inilah Wahita muncul.  

Seiring perkuliahan yang makin padat dan banyak tugas-tugas yang harus dikerjakan membuat Rama harus belajar lebih keras dibanding orang dengan penglihatan normal.  Rama harus datang lebih pagi mencari bantuan sesama mahasiswa Sastra Inggris untuk membacakan materi perkuliahan yang belum ada versi huruf braile-nya.  Rama sebenarnya lebih tertarik dengan jurusan komputer, namun ia tak berhasil masuk jurusan komputer di universitas negeri sebelumnya. Jadilah ia mahasiswa Sastra Inggris dan inilah yang harus dihadapi. Terkadang hal inilah yang membuat gairah belajar Rama menjadi menurun.  

Belum lagi jika ada mahasiswa lain yang suka mengganggu aktivitas Rama ini. Herman, seorang mahasiswa Teknik yang menyukai dan sangat berambisi untuk mendapatkan Tia, tidak menyukai segala aktivitas Tia yang sering menemani dan membantu Rama.  Beberapa kali Rama terlibat percekcokan bahkan pertengkaran fisik dengan Herman.  

Kesibukan kuliah ini tak membuat komunikasi dengan Shinta terhenti. Game online pun menjadi ajang eksistensi Rama dengan Shinta bersama gamer lainnya. Komunikasi via email pun juga terus terjalin.  Suatu ketika Shinta memberi kabar akan bertugas di Jakarta. Shinta mengatakan ada tugas meliput konser sebuah boyband yang akan manggung di Dunia Fantasi.  Walau jadwal Shinta di Dunia Fantasi bentrok dengan jadwal UAS,  Rama memutuskan memilih bertemu Shinta.  Pertemuan yang menyenangkan antara Rama dan Shinta,  meninggalkan kenangan yang berarti buat Rama.  

Namun sejak pertemuan itu,  Shinta seolah menghilang dari Rama. Shinta tak bisa dihubungi via telpon,  email tak dibalas dan di dunia game online pun ia tak bisa dihubungi.  

Rama seolah kehilangan pegangan.  Kuliah tak dihiraukan.  Bawaannya marah-marah melulu. Satu bulan setelah pertemuan dengan Shinta,  semua menjadi berubah.  Rama tak bergairah melakukan apa pun.  Kuliah sering bolos,  shalat suka telat.  Seringkali uring-uringan ngga jelas, hingga sudah setengah 'gila'. Teman-teman berusaha menghibur dan menyadarkan dengan caranya nasing-masing, termasuk Farah yang selama ini terlihat paling cuek sekali pun. Tapi itu semua tak mempan. Parahnya,  Rama juga tak menghiraukan apa pun perkataan Wahita.  Bahkan sampai akhirnya Rama mengusir Wahita. Rama akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah.  

Keterbatasan seorang Rama yang tunanetra ternyata tak menyurutkannya pergi menyeberang lautan untuk berjuang menemui tambatan hatinya.  

Lalu apakah ia mendapat respon yang baik ataukah sebaliknya?

Silakan baca novelnya.  Yang jelas bagian-bagian berikutnya sarat pembelajaran berharga untuk para pembaca,  terutama untuk remaja yang seringkali tidak berpikir panjang ketika memutuskan sesuatu.
Wahita sejatinya adalah hati nurani.  Saat kita melakukan sesuatu tanpa hati nurani,  maka tentu akan menghasilkan keputusan yang salah. Tidak bahagia. Tersesat. Sebab ia tak mengindahkan panduan yang sudah dititipkan Allah untuknya.  Menjauh dari Allah juga akan menjauhkan dari keberkahan hidup dunia akhirat.

Fithriyah, 23 Ramadhan 1438 H.




Sumber tulisan:
https://m.facebook.com/groups/488655531196343?view=permalink&id=1504789772916242

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembuatan Mading Prasapa (PMR Wira SMAPA) sebagai Sarana untuk Mengkomunikasikan Kegiatan Ekstrakurikuler PMR Wira SMAPA kepada Warga Sekolah

“Pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-ting...