Sabtu, 29 Juli 2017

Menyoal Karakter Pendidik



“Jika pembangunan karakter bangsa tidak berhasil,  maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli” (Ir.  Soekarno).

Stigma negatif yang ditujukan pada guru akhir-akhir ini makin sering terjadi. Guru yang konon katanya adalah sosok yang “digugu dan ditiru” seakan hanya sebatas slogan yang sulit ditemui. Perselingkuhan, perceraian, plagiasi, suap-menyuap, jual beli kunci jawaban serta kekerasan pada siswa adalah beberapa kasus yang sering melibatkan pendidik di negeri ini. Perselingkuhan oknum guru dengan istri anggota Polri di Bone November 2016 lalu sangatlah memprihatinkan. Peristiwa tersebut berujung pada kasus pembakaran rumah oknum guru yang berselingkuh (TribunTimur.com). Sementara di tempat lain, perselingkuhan dua guru di sebuah hotel di Kebumen, pada akhirnya ditindak tegas oleh ketua PGRI Kabupaten Kebumen yaitu dicopot dari jabatan guru (www.kebumenekspres.com).

Kasus kekerasan yang dilakukan oleh guru juga banyak terjadi di berbagai tempat. Salah satu contohnya adalah kasus guru melempar pulpen dan kemudian mengenai mata siswa SMPN 3 Palangga , Sulsel November 2016.  Contoh lain adalah kasus guru mencubit siswa, lalu orangtua tak terima dan kemudian melapor ke kepolisian hingga berlanjut ke meja hijau.  Bahkan peristiwa yang baru saja terjadi,  seorang guru olahraga di SDN Soetomo I Surabaya memukul kepala siswinya hingga berdarah (jpnn.com, 9 Februari 2017). Belum lagi berbagai kasus plagiasi di kalangan guru yang beberapa waktu lalu sempat menghiasi pemberitaan di berbagai surat kabar.

Miris!  Itulah yang terlintas dalam pikiran saat membaca berbagai pemberitaan yang mencoreng muka para pendidik. Inikah sosok guru yang akan mengemban amanah untuk membentuk karakter peserta didik? Bagaimana mungkin seorang guru yang memiliki perilaku buruk bisa menumbuhkan karakter yang baik pada diri siswa?
Perselingkuhan yang terjadi dikalangan pendidik banyak yang berujung pada perceraian.  Plagiasi juga semakin marak ditemui,  terutama menjelang pengurusan kenaikan pangkat. Suap menyuap dan jual beli kunci jawaban biasa muncul saat mendekati ujian nasional seperti saat ini.  Berbagai kasus yang disebut tentu menambah suramnya wajah pendidikan dewasa ini.  Wajah suram pendidikan ini justru dilakukan oleh pelaku utama dalam pendidikan yaitu guru.

Pendidikan karakter yang beberapa waktu lalu marak dibicarakan, tentu tidaklah bisa dilepaskan dari peran guru sebagai garda terdepan pendidikan anak. Pemerintah telah menekankan pentingnya pendidikan karakter melalui berbagai program, termasuk memasukkan unsur pendidikan karakter dalam rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) 2010-2025 (Indradi, 2014). Namun tentunya upaya pemerintah tersebut haruslah didukung penuh oleh pendidik yang juga berkarakter kuat.  Berbicara tentang pendidikan karakter tidak bisa dilepaskan dengan “pendidik berkarakter”.

Pemberian materi tentang pendidikan karakter yang diberikan di sekolah tidak akan langsung membuat siswa berperilaku seperti yang diharapkan.  Mereka juga perlu teladan dari bapak ibu guru.  Peserta didik akan lebih mudah menerima dan mengingat sesuatu yang dilihat dari gurunya daripada sesuatu yang didengar.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menekankan perlunya pendidikan karakter. Namun upaya pemerintah tersebut tak kan berhasil apabila tidak didukung pendidik yang berkarakter.  Guru sejati seharusnya adalah guru yang berkarakter, bisa menjadi contoh yang baik bagi anak didiknya. Apa yang diucapkan seorang guru haruslah sesuatu yang benar.  Perilaku guru,  baik di sekolah maupun di luar sekolah,  haruslah bisa menjadi teladan bagi peserta didiknya.

Guna menjadi seorang pendidik yang berkarakter,  seorang guru haruslah menjadi guru yang sejati, guru yang mengajar dengan hati.  Guru yang berkarakter setidaknya memiliki ciri-ciri seperti yang dijelaskan berikut ini.

Pertama, guru harus senantiasa belajar,  artinya seorang guru sudah semestinya selalu memperluas wawasannya dengan meng-update dan meng-up grade diri. Hal ini perlu sehingga sesuatu yang disampaikan guru pada muridnya selalu mengikuti perkembangan.  Apalagi saat ini di sekolah juga telah digalakkan program Gerakan Literasi sekolah. Tentu saja,  Gerakan Literasi Sekolah itu tidak hanya ditujukan untuk menumbuhkembangkan kesadaran akan pentingnya ilmu dan wawasan serta pengetahuan siswa,  tetapi juga guru.

Kedua,  guru haruslah orang yang selalu terbuka untuk menerima sesuatu yang baru.  Perubahan aturan kurikulum, aturan sistem administrasi , termasuk aturan ujian nasional membuat guru harus mengikutinya.  Perubahan itu tidak untuk diributkan atau diperdebatkan,  tetapi harus segera dipelajari dan diterapkan.
Berikutnya, guru harus telaten,  artinya guru harus memiliki kesabaran tinggi saat menunaikan tugasnya,  sebab kemampuan siswa tentu beragam.  Seorang guru yang berkarakter,  tidak akan meninggalkan muridnya yang kurang cepat menerima pelajaran.  Ia akan senantiasa membimbing dan mengarahkan serta memotivasi agar peserta didiknya bisa mengejar ketertingalan.

Terakhir,  perilaku guru hendaklah mencerminkan seorang pendidik yang patut digugu dan ditiru. Segala yang dilakukan guru haruslah konsisten dengan yang diucapkannya. Ia harus bisa melakukan sesuatu yang diajarkan. Ketika mengajarkan kedisiplinan, ia juga seharusnya bisa menjadi contoh untuk perilaku disiplin. Saat mengajarkan tanggungjawab, ia juga harus menunjukkan pribadi yang bertanggungjawab atas tugas yang diembannya.

Agar terwujud siswa yang berkarakter,  hendaknya para guru bukan hanya menggembar-gemborkan pentingnya pendidikan karakter semata,  tetapi juga mendukung terciptanya pendidik yang berkarakter. Sebab, selama pendidikan karakter hanya ditujukan kepada para siswa dan mengabaikan peran karakter pendidiknya,  kekhawatiran Bung Karno bahwa bangsa ini hanya akan menjadi bangsa kuli akan menjadi sebuah keniscayaan. 

Ditulis oleh: Fithriyah,  M.Pd.
Guru SMAN 1 Plemahan-Kediri


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembuatan Mading Prasapa (PMR Wira SMAPA) sebagai Sarana untuk Mengkomunikasikan Kegiatan Ekstrakurikuler PMR Wira SMAPA kepada Warga Sekolah

“Pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-ting...